Rekomendasi Menjadi Blogger Kaya:

Saturday, September 6, 2008

Ketika Ruang Terbuka Hijau Tergadaikan

Oleh Arda Dinata
Email:
arda.dinata@gmail.com

Pembangunan merupakan kata yang menjanjikan sebuah perubahan ke arah perbaikan hidup manusia. Tapi, nyatanya tidak sedikit orang yang menderita akibat adanya proses pembangunan yang mengabaikan aspek keselamatan lingkungan dan kesehatan manusia.

Kenyataan itulah, sekiranya yang sering kita saksikan dari proses pembangunan yang terjadi di beberapa daerah, termasuk di Jawa Barat. Ambil contoh adalah pembangunan jalan tol Pasupati. Dulu, sebelum proyek ini berjalan, betapa indahnya mata memandang, rindang, nyaman dan segarnya bila kita berjalan mengikuti jalan Pasteur oleh rimbunnya pohon-pohon yang ada saat itu. Tapi, kini itu semua tinggal kenangan. Sekarang yang terasa adalah udara panas, debu, dan kegerahan. Inikah yang namanya pembangunan.

Haruskah dengan alasan pembangunan, setiap itu pula aspek kelestarian lingkungan tergadaikan atau bahkan dilupakan? Belajar dari kasus ini, tentu kita dapat mengambil pelajaran bahwa sudah seharusnya pemerintah dalam melakukan pembangunan tidak melupakan aspek keselamatan lingkungan hidup.

Pada konteks kekinian, pantas saja adanya rencana pembangunan kondonium di kawasan Babakan Siliwangi (BS), direaksi keras oleh sejumlah pakar lingkungan Kota Bandung. Beberapa pakar yang menolak rencana itu antara lain, Direktur Human Ecology Universitas Padjajaran, Prof Oekan S Abdullah MA PhD, serta Ketua Jurusan Planalogi Institut Teknologi Bandung (ITB), Hastu Prabatmadjo PhD. Penolakan juga datang dari Direktur Geologi. (Republika, 20/01/03).

Inti dari penolakan tersebut tidak lain, adalah pertama, pembangunan BS akan bertentangan dengan kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam mengendalikan kemacetan. Kedua, pembangunan BS dapat dipastikan bakal merubah fungsi lahan. Padahal, kawasan BS sendiri, dinyatakan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Dan ketiga, bila proyek BS jadi dijalankan, maka dikhawatirkan potensi banjir akan meningkat karena proyek ini membuat berkurangnya daerah resapan air.

Perumahan dan Taman Kota

Bila kita perhatikan, secara garis besar masalah lingkungan di Indonesia menyangkut dalam 4pada, yaitu: population (kependudukan), pollution (pencemaran), policy (kebijakan), dan poverty (kemiskinan). Kenyataannya bisa kita saksikan, kondisi pertumbuhan penduduk yang cepat dan penyebaran yang tidak merata dapat mengakibatkan tekanan berat terhadap sumber daya alam. Terlebih lagi, pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa tersedianya sumber daya alam yang cukup hanya menyebabkan kemiskinan.

Kondisi kemiskinan tersebut, tentu dapat mendorong orang untuk mengeksploitasi sumber daya alam guna mencukupi kebutuhan hidupnya dan merupakan salah satu sumber pencemaran yang diakibatkan oleh sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan di sekitar daerah kumuh.

Adanya jumlah penduduk ini, tentu berkait erat pula dengan tersedianya sarana perumahan yang akrab dengan lingkungan. Bukan sebaliknya, menciptakan kawasan pemukiman/ perumahan yang mengorbankan lingkungan. Karena tindakan semacam ini, hanyalah memindahkan satu masalah dengan memunculkan masalah lain yang baru. Sehingga pembangunan perumahan di mana pun, sebelum membangunnya harus tetap mengutamakan fungsi lahan tersebut dan aspek keselamatan lingkungan hidupnya.

Walaupun kita semua menyadari bahwa perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia selain pangan, sandang, dan kesehatan. Pembangunan perumahan dan pemukiman, dengan sendirinya merupakan unsur pokok dalam pewujudan kesejahteraan masyarakat. Upaya pemenuhan akan perumahan merupakan sasaran yang sama pentingnya dengan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya (Herlina; 1999).

Secara demikian, rencana pembangunan kondonium di kawasan resapan air BS, sebelumnya haruslah memperhatikan realitas awal dari fungsi lahan tersebut dan keadaan menyeluruh dari kondisi taman kota, hutan kota ataupun ruang terbuka hijau yang ada di Kota Bandung saat ini. Artinya, jangan sampai adanya pembangunan semacam itu, lagi-lagi akan mengabaikan keselamatan lingkungan (baca: kepentingan orang banyak) dan mengutamakan/ menguntungkan sebagian kecil pihak tertentu.

Berkait dengan dampak keberadaan hutan kota, taman kota ataupun ruang terbuka hijau saat ini, warga Kota Bandung, mungkin telah merasakan adanya perubahan suhu di lingkungan tempat tinggalnya. Yakni terasa panas, kotor, berdebu, dan jauh dari semerbak harum bunga.

Padahal, kalau kita telusuri dari literatur milik Haryato Kunto (Wajah Bandung Tempo Dulu; 1985), disebutkan bahwa sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20, Bandung dihiasi berbagai taman seperti Taman Merdeka (Pieters Park) yang merupakan taman bunga pertama di Bandung (1885), Taman Sari (Jubileum Park) yang berupa hutan tropis mini, Taman Ganeca (Ijzerman Park), yang berupa kolam ikan dengan aneka bunga terate, Taman Maluku (Molukken Park), Taman Nusantara (Insulinde Park) serta beragam pohon pelindung jalan.

Dengan berkurangnya (pohon) taman-taman itulah, salah satu penyebabnya, yang menjadikan Kota Bandung tidak seindah dan senyaman tempo dulu lagi. Lebih jauh, ia bisa berakibat menyebabkan tingkat polusi dan penyakit paru-paru cukup tinggi.

Singkatnya, kondisi hutan Kota Bandung benar-benar kritis, jauh dari angka ideal yang dibutuhkan warga kota yang telah mencapai lebih dari 2,3 juta jiwa. Istilah lainnya, wilayah RTH di Kota Bandung ini masih sedikit. Dan saat ini jumlah pohon perlindung sebanyak 229.649 pohon. Padahal, idealnya kata Kepala Dinas Pertamanan Kota Bandung, Drs. Ernawan, jumlahnya 920.000 pohon pelindung atau 40% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut dihitung dengan rumusan 2,3 juta jiwa dikali 0,5 kg oksigen dikali 1 pohon dibagi 1,2 kg, sama dengan 2,3 juta kali 0,4 kg oksigen dikali 1 pohon, menghasilkan 920.000 pohon.

Pada taraf yang lebih luas lagi, misalnya untuk daerah Jawa Barat, jika kejahatan penebangan liar saat ini masih terus dibiarkan, maka hutan Jabar akan musnah. Berdasarkan data Dinas Kehutanan, dari 784.119 ha hutan di Jabar, terdapat sekitar 213.443,23 ha lahan kritis. Daerah yang hutannya paling parah dilanda kerusakan adalah Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.

Untuk mengendalikan lahan kritis tersebut, pemerintah telah mengalokasikan Rp 79,308 miliar untuk proyek penghijauan lahan kritis di Jabar. Dana sebesar itu berasal dari Dana Pembangunan Kabupaten (APBN) sebesar 29,154 miliar dan bantuan luar negeri (BLN) Rp 50,104 miliar. Kondisi yang sedemikian parah itu, akhirnya membuat banyak kalangan memprediksikan bahwa bila hal tersebut tidak segera ditangani dan ditanggulangi dengan baik, maka hutan di Jabar diperkirakan musnah dalam waktu 5–10 tahun mendatang. Semoga hal ini tidak terjadi, karena tidak bisa kita bayangkan bagaiman nasib manusia, bila kadar oksigen di bumi ini berkurang??

Arti Sebuah Pohon

Untuk itu, mari kita sambut, gemakan dan diimplementasikan secara nyata ide dari Bupati H Obar Sobarna SIP beberapa waktu lalu berupa “kewajiban” menanam pohon buah-buahan bagi calon pengantin, sebagai simbol dari membangun keluarga sakinah dan cinta lingkungan demi anak cucu kita kelak.

Ide tersebut, tentu patut didukung oleh setiap lapisan masyarakat yang menginginkan Bandung (merebut kembali) dengan julukan Paris-nya Jawa, Paris Van Java. Pada tataran yang lebih luas --demi kelangsungan pelestarian bumi kita--, maka gagasan ini patut dicontoh dan diimplementasikan secara benar oleh daerah-daerah yang lain di seantero Republik Indonesia.

Dari sini, kalau saja, kita mau berpikir tentang keberadaan sebuah pohon. Mulai dari ditanam—dipelihara—dewasa (lagi) berbuah. Di sini, ada sebuah pelajaran yang baik bagi kita dalam membangun sebuah kehidupan. Ketika kita menanam pohon, maka berawal dari niat, kemudian kita dengan susah payah menjaga dan memelihara kelangsungan hidupnya. Yang pada akhirnya bisa hidup dengan kokoh dan “menghasilkan” bagi makhluk yang lain (termasuk manusia).

Lebih dari itu, banyak hal yang dapat kita petik dari setiap pohon yang bisa kita tanam. Bukan hanya rindangnya dengan dedaunan dan manisnya buah-buahan semata, tapi juga memperkaya ekosistem kehidupan. Seorang petani organik dari Jepang yaitu Masanobu Fukuoka, seperti dikutip Syaefudin Siman (2000), mengungkapkan bahwa sebuah pohon adalah sebuah kehidupan. Adanya sebuah pohon akan menumbuhkan kehidupan pelbagai organisma di sekelilingnya. Di sekitar daun, batang, dan akar, ada sebuah kerjasama yang harmoni dan saling menguntungkan. Diantara yang paling diuntungkan adalah manusia itu sendiri.

Secara demikian, pada tataran seperti itulah seharusnya sebuah pembangunan perumahan kita bangun dan dikembangkan. Yaitu menuju kehidupan yang harmonis. Tidak saja bagi diri kita, tapi juga bagi sebanyak-banyaknya manusia. Jadi, bukannya kita membangun perumahan (baca: kondonium) dengan cara menggadaikan RTH, karena aset ini tidak lain demi keselamatan anak cucu kita.

Akhirnya, ketika kita membiarkan RTH tergadaikan, maka percayalah bahwa pembangunan itu akan menyengsarakan manusia itu sendiri. Lebih baik bila ada tanah kosong di sekitar lingkungan rumah kita, tanamlah pohon buah. Pohon buah, tak hanya indah tapi juga menghasilkan sumber gizi. Maka, sudah saatnya pemerintah melakukan “pernikahan pembangunan” dan tanamlah pohon! Wallahu’alam.***

(Penulis adalah pemerhati masalah sosial-lingkungan dan pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam/ MIQRA, Bandung).

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,
http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

Manajemen Sanitasi RS Penghalau Infeksi Nosokomial

Oleh Arda Dinata
Email:
arda.dinata@gmail.com

Pernakah Anda mendengar informasi bahwa ada seorang pasein rawat nginap di Rumah Sakit (RS), bukannya penyakit yang dideritanya menjadi sembuh tetapi sebaliknya justru penyakitnya bertambah parah. Usut punya usut, ternyata si pasein tersebut mendapat infeksi nosokomial. Apa itu infeksi nosokomial?

Dalam buku, “Komponen Sanitasi Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi” (1989: 21), infeksi nosokomial adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi silang (cross infection) maupun swa infeksi (self infection). Infeksi silang ini adalah timbulnya penyakit pada diri seseorang akibat adanya faktor lingkungan (interaksi antara faktor host, agent, environment). Sedangkan swa infeksi berarti timbulnya penyakit atau makin parahnya kondisi penyakit seseorang (carier) karena faktor lingkungan.

Sementara itu, Prof. dr.H. Herry Garna SpAK, PhD. dalam pidato pengukuhan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) di Ruang Serba Guna (RSG) Unpad mengemukakan, secara umum infeksi nosokomial dapat didefinisikan sebagai infeksi yang didapatkan penderita selama perawatan di RS. Namun, penyakit tersebut belum ada atau tidak sedang dalam inkubasi pada saat penderita masuk RS, kecuali bila penyakit itu berhubungan dengan perawatan sebelumnya di RS.

Secara demikian, apa yang harus dilakukan untuk menjaga fungsi dan kedudukan RS sebagai institusi atau tempat pelayanan kesehatan terhadap individu pasein, keluarganya, dan masyarakat dengan inti pelayanan medik, baik preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif yang diproses secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan yang paripurna. Pertanyaannya, sejauh mana kondisi kasus infeksi nosokomial yang terjadi pada RS-RS di sekitar kita? Solusi apa yang bisa dilakukan untuk menghalau terjadinya kasus infeksi nosokomial itu.

Setidaknya, jika kita mengetahui aspek-aspek apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial, maka kita sedini mungkin bila ada seseorang (keluarga, saudara, teman, atau siapa pun) yang dirawat di RS dapat mengantisipasinya dengan baik. Begitu juga dengan pihak-pihak pengelola RS, jauh-jauh hari telah mengagendakannya dalam program manajemen pelayanan RS.

Kondisi Infeksi Nosokomial

Keberadaan RS dilihat dari aspek kesehatan lingkungan, pada dasarnya terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Dalam kesehariannya lingkungan biotik dan abiotik ini akan melakukan interaksi, baik langsung maupun tidak langsung.

Atas dasar itu, maka di lingkungan RS dimungkinkan terjadinya kontak antara tiga komponen (pasien, petugas, dan masyarakat) dalam lingkungan RS dan benda-benda/alat-alat yang dipergunakan untuk proses penyembuhan, perawatan dan pemulihan penderita.

Hubungan tersebut bersifat kontak terus menerus yang memungkinkan terjadinya infeksi silang pasien yang menderita penyakit tertentu kepada petugas RS dan pengunjung RS yang sehat. Akan tetapi mungkin juga berfungsi sebagai carier kepada pasein, petugas dan pengunjung.

Kondisi kontak yang tinggi dari penderita dengan petugas RS maupun pengunjung itu, tidak menutup kemungkinan sejumlah bibit penyakit dapat berpindah (baca: menular) kepada orang yang sehat dan mungkin dapat juga mengakibatkan penularan yang meluas.

Keberadaan kasus-kasus infeksi nosokomial di RS, sayangnya ternyata tidak semuanya tercatat dengan baik. Tapi walaupun demikian, paling tidak ada beberapa data yang patut kita simak berkait dengan infeksi nosokomial di RS ini. Sebagai contoh seperti data yang terjadi pada ruang perawatan anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, infeksi nosokomial terjadi antara 4,5 hingga 9,9 persen. Sementara di ruang perawatan intensif neonatus, infeksi nosokomial dapat terjadi hingga 65,1 persen.

Semakin lama penderita dirawat, angka kejadian infeksi nosokomial makin tinggi. Pada penderita yang dirawat hingga 6 hari, angka kemungkinannya sebesar 3,2 persen, 7-13 hari sebesar 16,7 persen, 14-20 hari sebesar 19,7 persen, sedangkan bila lebih dari 35 hari mencapai 48,8 persen. Selain itu, penderita yang mendapatkan infeksi nosokomial bisa dirawat 2,4 kali lebih lama dibandingkan penderita tanpa infeksi nosokomial.

Dari data di atas, dapatlah kita tarik garis merah antara lamanya penderita dirawat di RS dengan kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial. Berkait dengan ini, sebenarnya penderita yang dirawat di RS tidak harus dibebani lagi dengan kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial. Yakni dengan syarat kondisi sanitasi rumah sakit yang terjamin (baik) dan profesionalisme perawat yang terkait, tentu tidak hanya menerapkan asuhan keperawatan (kuratif), tetapi harus dipadukan dengan fokus aspek pencegahan (preventif) pada penderita.

Manajemen Sanitasi Rumah Sakit

Manajemen sanitasi rumah sakit merupakan tindakan pengelolaan dalam upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologis di RS yang mungkin menimbulkan/dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan jasmani, rohani, maupun sosial bagi petugas, penderita, pengunjung maupun masyarakat sekitar RS.

Dari sini, dapatlah disebutkan bahwa manajemen pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan RS yang nyaman dan bersih sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, disamping mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi nosokomial kepada sesama pasein dan orang sehat baik petugas RS maupun pengunjung.

Secara demikian, penerapan manajemen sanitasi rumah sakit dapat dikatakan sebagai kunci awal untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Pencegahan infeksi nosokomial, dikatakan H. Herry Garna, selaku pejabat Wakil Ketua Panitia Infeksi Nosokomial RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, sebagian besar dilakukan melalui asuhan keperawatan yang berfokus pada aspek pencegahan.

Aspek pencegahan tersebut, tidak lain adalah penerapan usaha sanitasi rumah sakit itu sendiri. Hal ini, tentunya cukup beralasan apabila para perawat harus memahami pentingnya usaha sanitasi rumah sakit dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial, sebab para perawat inilah yang paling lama kontak dengan penderita, yaitu terjdi 24 jam sehari.

Rumah sakit sebagai unsur pelayanan kepada masyarakat, tentunya dalam penerapan sanitasi rumah sakit ini akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis dan teknis keperawatan penderita. Sebagai konsekuensi logis dari kedudukan ini, maka sanitasi rumah sakit juga merupakan integrasi dari administrasi/manajemen kesehatan lingkungan, rekayasa sosial (social engineering), epidemiologi, dan pendidikan kesehatan lingkungan bagi masyarakat. Pendek kata, penyelenggaraan sanitasi rumah sakit merupakan bagian integral dari program rumah sakit secara keseluruhan, penetapan sebagai bagian program berdasarkan pada perundangan yang berlaku di dalam rumah sakit.

Sanitasi rumah sakit juga harus merupakan satu kesatuan dan keterpaduan dari: pengetahuan dan teknologi rekayasa (engineering); pengetahuan dan teknologi kimia, pengetahuan bakteriologi dan mikrobiologi; pengetahuan dan teknologi perawatan mekanis; pengetahuan dan kemampuan khusus pengelolaan administratif maupun teknis (managerial skill) di bidang kesehatan lingkungan.

Berkait dengan prinsip-prinsip sanitasi rumah sakit yang diterapkan dalam rangkaian usaha pencegahan dan pengurangan infeksi nosokomial (baca: infeksi silang dan swa infeksi), dapat melalui: Pertama, penanganan kebersihan kerumahtanggaan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih dari investasi mikroorganisme, yang bebas dari jasad renik. Kedua, tersedia dan terlaksananya penanganan, pengumpulan limbah atau sampah yang memadai. Ketiga, tersedianya air bersih yang bebas dari kuman penyakit. Keempat, ventilasi udara yang baik, yang dapat memberikan udara bersih dan segar.

Kelima, teknik-teknik aseptic (pembebas kuman/ hama) bagi semua petugas rumah sakit. Keenam, tempat tidur dan perlengkapannya bersih dan bebas dari kuman. Ketujuh, makanan dan minuman yang sehat, bebas dari bahan pencemaran. Kedelapan, pencahayaan (termasuk alami dan buatan) yang cukup. Kesembilan, bebas dari serangga dan rodent penular penyakit.

Jadi, kemungkinan terjadinya penularan penyakit akibat infeksi nosokomial di RS adalah disebabkan karena pengaruh lingkungan Rumah Sakit yang kurang baik. Oleh karena itu, sebagai solusi untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan tersebut, maka sangat diperlukan adanya penanganan di bidang manajemen sanitasi Rumah Sakit yang baik.

Akhirnya, dengan kondisi sanitasi Rumah Sakit yang baik akan membuat pasein rawat nginap di RS-RS tidak akan terbebani dan dihantui oleh bayang-bayang penyakit yang didapat dari Rumah Sakit dan tentu saja kondisi tersebut sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan atas penyakit yang dideritanya.***

*Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya Bandung dan tergabung dalam Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia [HAKLI].

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,
http://www.miqra.blogspot.com.

ADA EBOOK GRATIS SEBAGAI BONUS YANG WAJIB ANDA BACA:
· Buku Sukses Untuk Anda. Klik di sini ….

· Peta Harta Karun, Menulis Buku & Menerbitkannya Sendiri, dll klik disini…

bisnis sanitasi, rumah, hotel

bisnis sanitasi, rumah, hotel
LINE OF BUSINESS_______________GARDENING ARTICLESKeasrian lingkungan - sebagai cermin keseimbangan ekosistem- dimulai ketika setiap rumah, kantor dan lingkungan komersial memelihara kebersihan dengan mengelola sampah menjadi kompos, menggunakannya pada tanaman pekarangan jenis tanaman berkhasiat ( tanaman obat) maupun sayuran - sekedar tambahan bagi pemenuhan kebutuhan dapur sehari-hari- yang akan turut menjamin bagi peningkatan derajat kesehatan keluarga dan masyarakat.Memperjuangkan agar setiap keluarga menyukai tanaman - dengan menggunakan komposter, menggunakan kompos, pupuk organik cair dan pupuk tanaman hias adalah langkah kecil menuju penciptaan lingkungan yang makin hijau dan asri - yang berarti turut menyumbang pada penciptaan keseimbangan ekosistem alam, serta yang akan membuat manusia makin bersahabat dan dekat dengan alam.Kita semua telah jenuh dan bosan dengan kegersangan, panas dan berdebu dari alam sekitar dimana kita tinggal, bukan ? Maka, mulailah dengan menyampaikan pesan kepada sesama agar menjalin persahabatan kepada alam. Tanpa persahabatan, kita telah belajar banyak dari berbagai bencana yang ditimbulkan alam juga bisa membunuh, menyusahkan dan membuat manusia menjadi sulit.____________FAMILY ARTICLESKeluarga Indonesia makin dijejali dengan makanan "junk-food", pangan instant kurang gizi dan produk pangan rendah gizi lainnya - sebagai hasil kehebatan iklan membangkitkan keinginan ( awareness) fikiran anak-anak, remaja maupun kalangan masyarakat umum di kota , yang dengan cepat kemudian merobah pola dan kebiasaan konsumsi. Tanpa sadar, suatu saat dirasakan, bahwa mengkonsumsi aneka makanan itu menimbulkan berbagai resiko dan menurunkan derajat kesehatan. Memberi kesadaran kepada khalayak bahwa, sesungguhnya banyak tanaman berkhasiat ( di sekitar alam Indonesia kita - yang terkaya dengan plasma nutfah) akan memberi sumbangan pada meningkatkan derajat kesehatan keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar kita.Sampaikanlah bahwa herbal alami, snack dan camilan bergizi (yang bebas kandungan gula tebu dan gula buatan serta bebas bahan pengawet kimiawi), bahan makanan pokok beras "chemicals free" serta kopi dan teh hijau ( green tea) - yang kebanyakan hasil karya UKMK ini - akan membantu menangkal aneka ancaman penyakit berkat kandungan antioxidant di dalamnya.____PUPUK SPESIFIK TANAMANKelompok produk Pupuk Majemuk Spesifik Tanaman adalah pelopor teknologi pemupukan- setelah pupuk majemuk spesifik lokasi atau pupuk flexibel formula Gramalet- yang akan membantu pengguna ( pengusaha agribisnis dan petani ) menjadi lebih efisien mengelola usaha perkebunan dan usaha tani-nya. Dengan pupuk terformulasi spesifik per tanaman- kegiatan memupuk tanpa harus direpotkan oleh mencampur, mengoplos dan menghitung aneka campuran unsur hara lagi. Tanam jenis tanaman apapun tinggal sediakan Gramafix - pupuk spesifik per tanaman. Kabarkan ke semua petani dan pengusaha pertanian di tanah air, menggunakan pupuk secara bijaksana adalah menggunakan kandungan unsur hara pada komposisi dan jenis unsur hara - yang spesifik per tanaman dan hal ini akan menghasilkan perolehan pendapatan yang makin meningkat, mengurangi beban tenaga kerja perkebunan, beban kerja di kebun dan sawah serta makin efisien.Jakarta, Januari 2007Kencana Articles, Sonson Garsoni

Kertas Rumah Tangga & Sanitasi - Daftar Perusahaan - Jakarta ...
RSS: Kertas Rumah Tangga & Sanitasi. Hasil 1-15 dari 15. ... Terima Transfer AIRPORT KE hotel-hotel DI JAKARTA hanya 300rb all in dengan Daihatsu GRAN ...jakarta.indonetwork.co.id/comp/Pembungkus_&_Kertas/Kertas_Rumah_Tangga_&_Sanitasi/0.html - 48k - Tembolok - Halaman sejenis

Kertas Rumah Tangga & Sanitasi - Semua Pilihan - Jakarta ...
RSS: Kertas Rumah Tangga & Sanitasi. Hasil 1-15 dari 32. .... limbah organik dari sektor perumahan, hotel, apartemen, rumah sakit, pabrik makanan olahan, ...jakarta.indonetwork.co.id/all/Pembungkus_&_Kertas/Kertas_Rumah_Tangga_&_Sanitasi/0.html - 59k - Tembolok - Halaman sejenisHasil temuan lainnya dari jakarta.indonetwork.co.id »

Kertas Rumah Tangga & Sanitasi - Daftar Perusahaan - Indonesia ...
RSS: Kertas Rumah Tangga & Sanitasi. Hasil 1-15 dari 42. .... salah satu layanan bisnis terbesar di dunia, beroperasi di sekitar 40 negara. ...indonetwork.or.id/comp/Pembungkus_&_Kertas/Kertas_Rumah_Tangga_&_Sanitasi/0.html - 55k - Tembolok - Halaman sejenis

Kertas Rumah Tangga & Sanitasi - Daftar Produk - Propinsi Jawa ...
RSS: Kertas Rumah Tangga & Sanitasi - Indonesia > Jawa Barat. Hasil 1-11 dari 11. ... 2008, 18:44:50. Keset Kain sangat cocok untuk rumah, kantor dan hotel ...indonetwork.or.id/sell/Jawa_Barat/Kebutuhan_Rumah_Tangga/Kertas_Rumah_Tangga_&_Sanitasi/0.html - 54k - Tembolok - Halaman sejenisHasil temuan lainnya dari indonetwork.or.id »

Kompas.Com - Terapkan.sanitasi.total.berbasis.masyarakat..
Untuk itu, pemerintah berkomitmen mengelola sanitasi dan kesehatan ... penyakit terkait sanitasi lingkungan, pengelolaan air dan makanan dalam rumah tangga, ...www.kompas.com/read/xml/2008/08/04/19220986/terapkan.sanitasi.total.berbasis.masyarakat.. - 35k - Tembolok - Halaman sejenis

KOMPAS Cetak : Sanitasi Buruk, Ancam Kehidupan
Empat intervensi untuk mencegah diare adalah pengolahan air dan penyimpanan di tingkat rumah tangga, melakukan praktik cuci tangan, meningkatkan sanitasi, ...www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.03.19.00581532&channel=2&mn=174&idx=174 - 34k - Tembolok - Halaman sejenisHasil temuan lainnya dari www.kompas.com »

Methanobacterium (Sanitasi Lingkungan) - Topik - PintuNet.com
Setiap ada TULISAN BARU tentang Methanobacterium (Sanitasi Lingkungan), ... Tel Aviv Hotel, Leather Product, Bisnis di rumah, Bisnis di internet, ...www.pintunet.com/produk.php?vproduk_id=methanobacterium&vpid=161609&gpid=161609 - 23k - Tembolok - Halaman sejenis

Air Bersih dan Sanitasi Masih Langka bagi Penduduk Indonesia
Tujuannya agar sarana air bersih dan sanitasi yang telah dibangun dapat ... air di tingkat komunitas di desa-desa kurang menguntungkan secara bisnis. ...dunia-air.com/bersih/air-bersih-dan-sanitasi-masih-langka-bagi-penduduk-indonesia.html - 17k - Tembolok - Halaman sejenis

Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad: Liputan Berita
Jika boleh disebutkan diantaranya : pembangunan pemondokan mahasiswa (kos-kosan), fasilitas penunjang seperti hotel, rumah makan, gedung pemerintahan, ...www.fikom.unpad.ac.id/berita/detail_berita.php?id=54 - 16k - Tembolok - Halaman sejenis

Titik Rawan Pemborosan dalam Renovasi - Jumat, 29 April 2005
Namun jika rumah yang akan mendapatkan renovasi adalah sebuah ... perlu diingat bahwa sistem sanitasi (pemilihan pipa) pada tempat umum (hotel, mal, ...64.203.71.11/kompas-cetak/0504/29/rumah/1717211.htm - 40k - Tembolok - Halaman sejenis